PUSARAN.CO- Lahan kering dan curah hujan yang rendah serta suhu yang panas di sebagian besar wilayah NTB bukanlah hambatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, demikian Wakil Gubernur NTB Dr. Ir. Hj. Siti Rohmi Djalilah mengawali sambutan dan arahan pada Acara Panen Perdana Tanaman Kayu Putih di Pringgabaya Lombok Timur.
Kondisi tersebut secara khusus di Lombok Tengah Bagian Selatan, Lombok Timur bagian selatan dan barat serta Bima, Dompu dan Sumbawa dimana laju tutupan lahan dan hutan yang cukup tinggi. Ini akibat dari ekspansi pertanian monokultur Jagung di kawasan hutan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Prov NTB melalui UPT Balai KPH nya tidak tinggal diam. Dengan segala upaya dan kerja keras aparat KPH di lapangan mengedukasi petani agar tidak menanam monokultur Jagung dan tanaman semusim lainnya di kawasan hutan, akan tetapi dengan pola agroforestry. Edukasi ini secara berlahan mulai terbukti dan ada perubahan bentang lahannya. Hal ini terbukti di kawasan Areal Perhutanan Soaial Kemitraan Kehutanan seluas 50 Ha di Desa Gunung Malang Pringgabaya Lombok Timur, mampu merubah lahan jagung menjadi agroforeatry Kayu Putih dan tanaman lainnya.
Bertempat di Desa Gunung Malang Kec. Pringgabaya Lombok Timur Rabu (31 Mei 2023) Wakil Gubernur NTB.Dr. Ir. Hj. Siti Rohmi Djalilah bersama Kepala Dinas LHK NTB dan Kepala Balai Pengelolaan DAS Dododokan Moyosari UPT Kemen LHK melakukan panen perdana kayu putih hasil penanaman tahun 2020 akhir. Dimana lokasi ini juga merupakan areal Kemitraan Kehutanan Perhutanan Sosial. Luas tanaman kayu putih di wilayah Pringgabaya ini seluas sekitar 400 Ha dengan penggarap 430 KK.
Kepala Dinas LHK NTB, Julmansyah, S.Hut., MAP mengatakan ini merupakan wujud dan implementasi Program Unggulan NTB Hijau dan Program Industrialisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tertuang dlm RPJMD NTB Gemilang. Untuk itu lanjut Julmansyah, Dinas LHK berupaya untuk menyiapkan supplay bahan baku industri kehutanan dalam areal pengembangan yang legal oleh masyarakat yakni di areal Perhutanan Sosial (PS).
Lestarikan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat, Ujar Wakil Gubernur NTB dalam arahannya di acara Panen Perdana Tanaman Kayu Putih di Desa Gunung Malang. Kita harus yakinkan bahwa hutan kita hijau dan produktif. Gunung Malang membuktikan bahwa tidak ada lahan kritis yang tidak bisa dimanafaatkan menjadi produktif. Buktinya tanaman Kayu Putih dapat tumbuh dengan baik disini ujar Wagub.
Wagub mengatakan antara NTB Hijau dengan Industrialisasi saling melengkapi, dengan industrialisasi akan mampu meningkatkan nilai tambah. Ini yang sedang dilakukan dengan tanaman ini yang menghasilkan minyak kayu putih.
Seiring dengan visi industrialisasi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB dalam mewujudkan Industrialisasi HHBK telah tumbuh beberapa industri pengolahan minyak kayu Putih. Di Pulau Sumbawa telah terbangun investasi swasta skala besar pabrik minyak kayu putih oleh PT. Sanggar Agro di Tambora Selatan Kec. Sanggar Kab. Bima. Pabrik ini memiliki HGU sekitar 3000an Ha dengan kapasitas pabrik 60 ton daun kayu putih sehari dan akan di scale-up menjadi 150 ton daun sehari.
Di Pulau Lombok sejak 2019 telah berdiri pabrik minyak kayu putih, PT. Galih Tulen di Desa Timbanuh Pringgasela Lombok Timur dengan kapasitas 4 ton daun sehari. Selain itu tumbuh pabrik minyak kayu putih skala kecil di Lombok Utara serta Lombok Tengah. Bahan baku kayu putih telah tersedia sebanyak 4.380 Ha di P. Lombok dengan rincian 915,2 Ha yang siap panen dan 155,7 Ha yang telah panen. Dinas LHK NTB bersama semua pihak berusaha membangun ekosistem industrialisasi hasil hutan yang berbasis masyarakat, sehingga masyarakat sekitar hutan lah yang akan merasakan manfaat dari ini semua, Ujar Kadis LHK NTB ini. Keberadaan dunia usaha sebagai offtaker produk masyarakat merupakan hasil dari upaya DLHK membangun ekosistem industri kehutanan berbasis masyarakat. Dimana PT. Galih Tulen juga menerima kayu putih yang berasal dari berbagai areal perhutanan sosial di sekitar hutan Majere Bongak di Lombok Tengah bagian Selatan.
Kedepan tanaman kayu putih dengan pengembangan industrialisasinya akan membantu peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan, mengingat tanaman ini hanya sekali ditanam dan dipanen setiap 6 bulan setiap tahun dengan cara memangkas. Semakin panas dan kering lokasi tanam maka kualitas daun dan minyaknya akan semakin baik. Tentu ini menjadi solusi tepat bagi wilayah di Kab. Bima, Dompu dan Sumbawa, mengingat tanaman kayu putih punya sistem perakaran yang dalam dan dapat menjadi solusi bagi longsor dan run-off akibat dari pertanian monokultur Jagung di kawasan hutan.
Kepala BPDAS Dodokan Moyosari Umar Nasir, S.Sos. M.Sc mengatakan kita akan mulai dari areal 50 Ha Kemitraan Kehutanan Perhutanan Sosial Desa Gunung Malang bahwa jika bersungguh-sungguh maka kita bisa merehabilitasi dengan tanaman produktif.
Julmansyah punya optimisme yang kuat dalam 2 hingga 3 tahun kedepan jika konsisten dan bekerja bersama-sama pemda kab/kota maka NTB akan menjadi pemain utama minyak kayu putih di Indonesia. Mengingat Indonesia masih impor minyak kayu putih 70-80% dari total kebutuhan pasar nasional. Ini kesempatan buat kita yang punya visi industrialisasi dan luas lahan kritis serta kebijakan pemimpin yang pro lingkungan dan masyarakat.(RLS)